Senin, 10 Mei 2010

Tempe Naik Pangkat

Makanan rakyat yang satu ini ternyata bisa dikatrol gengsinya dengan mengemasnya dalam kaleng. Dalam bentuk begini, pasarnya merambah jauh sampai ke Inggris.

Umumnya tempe dijual mentah dengan bungkus daun pisang atau plastik. Kini ada inovasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk memproduksi tempe siap saji dalam kaleng. Menurut Ir. Asep Nurhikmat, MP, sebagai makanan warisan budaya, tempe perlu dipoles agar terangkat gengsinya. Meskipun masih diproduksi berdasarkan pesanan, Koperasi LIPI Gading Koliga telah mampu mengekspornya ke Inggris.

Tiga Poundsterling per Kaleng

Lebih jauh peneliti dan pemimpin produksi tempe kemasan kaleng “Gading” dari LIPI, Gunungkidul, Yogyakarta, itu mengatakan, penjualan tempe bergengsi ini baru merambah dua pasar modern di Yogyakarta, yaitu Mirota dan Pamela Swalayan. “Tujuannya memang ekspor. Dijual lokal untuk pengenalan kepada masyarakat segmen menengah ke atas,” ungkap Asep.

Di Inggris, pembelinya adalah Jonathan Agranoff. Dokter ahli kanker ini mengimpor 2.000 kaleng bobot 250 g per bulan. “Kini dia mau meningkatkan pembelian menjadi 6.000 kaleng per bulan,” imbuh Asep. Dokter tersebut memberikan tempe kepada pasiennya sebagai makanan terapi kanker. “Harganya di sana tiga poundsterling (sekitar Rp48.000) per 250 g,” terangnya. Sedangkan untuk pembelian lokal, pemesanan minimal 100 kaleng. Harganya Rp6.000 per kaleng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar