Senin, 10 Mei 2010

Meningkatkan Peran Bioteknologi dalam Pendidikan

Pendahuluan

Penggunaan bioteknologi memiliki potensi yang besar dalam usaha peningkatan ketahanan pangan. Perkembangan berbagai teknologi seperti teknik kultur jaringan, fusi protoplas, rekayasa genetika, micro projectile bombardment dan penanda molekuler telah dipergunakan untuk mendukung pemuliaan tanaman secara konvensional untuk menghasilkan tanaman yang lebih baik.

Sampai saat ini tanaman transgenik telah ditanam lebih dari 68 juta hektar. Hasilnya, penggunaan tanaman transgenik hasil bioteknologi mampu meningkatkan hasil panen dan mengurangi biaya produksi, bahkan untuk petani kecil di negara berkembang, yang merupakan penyumbang populasi penduduk dunia yang berada di bawah garis kemiskinan.

Seperti halnya teknologi baru yang lain, bioteknologi termasuk rekayasa genetika juga memiliki beberapa resiko baik yang telah diketahui maupun yang masih diteliti. Secara prinsip, sebetulnya tidak ada suatu teknologi yang tidak memiliki resiko disamping manfaatnya. Dengan demikian, dalam pemanfaatan produk bioteknologi bagi manusia dan lingkungan, diperlukan kehati-hatian.

Berbagai usaha untuk mengurangi dampak negatif bioteknologi harus terus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan keterbukaan. Hal ini didasarkan kembali kepada potensi yang dimiliki oleh bioteknologi yang dapat dikembangkan untuk kecukupan pangan dunia. Namun, sayangnya sampai saat ini masih ditemukan penyebaran informasi yang salah mengenai bioteknologi ini yang disebarkan oleh beberapa pihak yang belum mengerti dengan baik mengenai bioteknologi.

Dalam memberikan informasi kepada masyarakat, pihak-pihak tersebut lebih berat dalam membesar-besarkan permasalahan mengenai resiko-resiko dalam bioteknologi dibandingkan penyebaran informasi dari hasil-hasil penelitian, pengalaman, dan peraturan pemerintah mengenai keamanan penggunaan produk bioteknologi. Hal ini berpotensi untuk menghambat perkembangan bioteknologi itu sendiri. Oleh sebab itu, pendidikan dalam bidang bioteknologi merupakan hal yang penting untuk meningkatkan peran bioteknologi dalam kesejahteraan manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan investasi bidang pendidikan, penelitian, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang bioteknologi.

Bioteknologi

Menurut Konvensi Keragaman Biologi tahun 1992, bioteknologi di definisikan sebagai segala aplikasi teknologi yang memanfaatkan sistem biologi, organisme, atau turunnya, untuk memodifikasi atau menghasilkan produk atau proses untuk kegunaan tertentu. Bioteknologi dibagi dalam dua jenis berdasarkan prosesnya. Yang pertama adalah penggunaan informasi genetik untuk mempercepat dan mendukung pemuliaan tanaman atau hewan.

Yang kedua (dan yang lebih canggih) adalah merekayasa pola gen dari tanaman atau hewan untuk menghasilkan organisme baru. Hampir seluruh tanaman saat ini sebenarnya dapat dikatakan telah mengalami modifikasi genetik. Modifikasi tersebut terjadi ketika tanaman dalam species yang sama mengalami persilangan menghasilkan turunan (silangan). Silangan tersebut tidak selalu serupa dengan tetuanya, namun terdapat kombinasi genetik dari tetuanya. Selama berabad-abad, tumbuhan telah dibudidayakan dan disilang-silangkan oleh manusia untuk mendapatkan tanaman yang baik dengan sifat-sifat tertentu yang diinginkan. Jagung yang diproduksi sekarang ini merupakan contoh, tanaman yang telah melalui berbagai silangan yang jauh dari sifat asalnya sebagai tanaman liar hingga dapat berfungsi sebagai tanaman pangan. Dalam proses hibridisasi varietas, peneliti terus menerus melakukan silangan, kadang kala memerlukan waktu hingga bertahun-tahun untuk mendapatkan tanaman dengan berbagai keunggulan dan sedikit sifat yang tidak unggul.

Bioteknolgi pertanian sekarang didefinisikan sebagai sebuah proses ilmiah yang sangat teliti termasuk rekayasa genetika, yang digunakan untuk memuliakan tanaman, hewan maupun mikroorganisme lain. Bioteknologi pertanian sekarang ini menjadi suatu alat yang sangat berguna untuk membantu manusia dalam mengobati berbagai penyakit, dan meningkatkan kesehatan manusia, mengatasi penyakit pada hewan, melawan kelaparan dan menjaga kelestarian lingkungan. Kemajuan dalam hal bioteknologi secara modern memungkinkan peneliti untuk mengisolasi gen tunggal dari suatu sifat yang diinginkan, kemudian menggabungkan dengan gen dari tanaman yang lain dan menumbuhkannya sehingga dihasilkan tanaman dengan sifat tersebut.

Bioteknologi modern berbeda dengan teknik sebelumnya karena memungkinkan bagi peneliti untuk menggabungkan gen dari spesies lain (hal yang tidak dapat dilakukan dengan pemuliaan konvensional). Dengan demikian, saat ini istilah ‘genetically modified organism’ diartikan sebagai organisme yang susunan genetiknya telah termodifikasi dengan penggabungan gen baru atau beberapa gen, atau dengan menghapus gen atau beberapa gen. Gen asing dapat juga berasal dari organisme yang berbeda bahkan spesies yang berbeda. Dengan demikian, bioteknologi menjelma menjadi alat yang sangat canggih dan sangat bermanfaat bagi pemulia tanaman maupun ternak.

Kenapa Kita Memerlukan Bioteknologi?

Jawaban utama dari pertanyaan ‘mengapa kita memerlukan bioteknologi’ adalah berdasarkan data bahwa penggunaan bioteknologi secara tepat memiliki potensi dalam meningkatkan ketahanan pangan (kecukupan pangan). Bertambahnya populasi pendudukan berakibat kepada peningkatan kebutuhan pangan dalam hal kuantitas maupun kualitas.

Data menunjukkan bahwa jumlah pendudukan kelaparan di dunia mencapai 852 juta dalam kurun waktu tahun 2000-2002, atau meningkat sebanyak 18 juta dari tahun 1990an. Jika trend ini tidak berubah, maka akan muncul tantangan yang sangat serius. Menurut laporan tahunan FAO mengenai kelaparan, kelaparan dan maalnutrisi menyebabkan bencana yang hebat, penderitaan, menyebabkan lebih dari lima jura anak kecil meninggal dunia pada setiap tahunnya, dan mengkibatkan beban pendanaan yang tinggi bagi negara-negara berkembang (berkurangnya APBN). Perubahan status sosial, ekonomi, demografi dan lingkungan juga mengakibatkan perubahan pola pangan penduduk. Tantangan yang ada saat ini adalah dalam pemenuhan pangan sesuai dengan dinamika kebutuhan penduduk. Ada banyak hambatan dalam usaha peningkatan produksi pangan. Dalam hal budidaya dikenal adanya lahan yang miskin hara, kekeringan, kelembaban yang tinggi ditambah suhu yang tinggi sehingga mengundang munculnya penyakit dan hama. Dengan demikian, sangat diperlukan usaha untuk mengembangkan varietas-varietas baru dan strategi-strategi teknik budidaya agar tetap dapat berproduksi tinggi dengan kondisi seperti di atas. Sifat-sifat tanaman yang diperlukan dalam hal ini adalah tanaman yang tahan cekaman lingkungan seperti kekeringan, suhu yang tinggi dan salinitas, tahan terhadap hama dan penyakit, dan varietas yang memiliki kelebihan dalam kualitas maupun hasil panennya. Berdasarkan data, penduduk juga memerlukan suplai nutrisi dan vitamin, sehingga peningkatan penyediaan vitamin dan mineral dalam bahan pangan melalui bioteknologi merupakan nilai tambah tersendiri.

Ada banyak bukti bahwa tanaman hasil bioteknologi memiliki produktivitas yang tinggi dan menguntungkan bagi petani, diantaranya dengan mengurangi biaya produksi, energi dan bahan kimia. Produk rekayasa genetika memiliki beberapa keuntungan diantaranya: Meningkatkan tingkat nutrisi bahan pangan. Gen tertentu dapat ditambahkan dalam susunan gen padi sehingga padi tersebut setelah dipanen dapat memproduksi beta-carotene yang dapat diubah oleh metabolisme tubuh manusia menjadi vitamin A. Padi yang dihasilkan dengan teknologi rekayasa genetika yang bernama ‘golden rice’ ini berpotensi untuk mengurangi kekurangn vitamin A sebagai penyebab utama kebutaan dan faktor yang cukup signifikan terhadap kematian anak-anak di dunia. Toleran terhadap cekaman lingkungan. Para peneliti saat ini terus berusahan menghasilkan tanaman transgenic yang tahan terhadap kekeringan, salinitas sehingga dapat ditanam dan berproduksi pada lahan marginal. Meningkatkan hasil panen, rasa, dan kualitas.

Para peneliti telah merekayasa gen pengatur hormon pada tanaman dan hewan. Hasilnya menunjukkan adanya prospek yang baik dalam peningkatan hasil panen dengan kualitas yang lebih baik. Meningkatkan nutrisi yang diserap oleh ternak. Ternak yang diberikan pangan tertentu akan menyerap lebih banyak fosfor. Pengurangan fosfor dalam kotoran ternak akan mengurangi polusi air tanah. Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Ada banyak produk bioteknologi hasil rekayasa genetika yang dapat mengurangi kerusakan lingkungan. Misalnya, saat ini para peneliti telah mengembangkan pohon-pohon tertentu dengan modifikasi pada susunan sel ligninnya. Ketika kayu dari pohon tersebut digunakan untuk membuat pulp dan kertas, kayu hasil rekayasa genetika tadi membutuhkan lebih sedikit proses yang menggunakan bahan kimia berbahaya. Contoh yang lain, beberapa tanaman transgenik juga diatur sedemikian rupa sehingga tidak lagi membutuhkan herbisida dan insektisida.

Kontroversi terhadap Produk Rekayasa Genetika

Sejak awal perkembangan teknik rekayasa genetika, kontroversi mengenai rekayasa genetika mulai terjadi akibat dari beberapa hal yang dianggap dapat berpotensi menjadi resiko. Hal tersebut adalah: Keamanan. Dampak negatif terhadap kesehatan manusia seperti alergen, transfer gen tahan terhadap antibiotik, dll Tidak cukup kontrol. Meskipun standard kemanan telah dikembangkan, namun dirasakan masih kurang efektif. Ketidakpastian. Tanaman rekayasa genetika kemungkinan memiliki efek yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, misalkan menyerap nutrisi tanah secara berlebihan, atau menggunakan lebih banyak air dibandingkan tanaman biasa, dan perpindahan gen yang tidak diinginkan. Gen yang dimasukkan dalam suatu species tertentu berpotensi untuk secara tidak sengaja berpindah juga kepada species liar. Misalkan gen ketahanan terhadap herbisida dapat saja masuk ke dalam gen gulma yang dapat meningkatkan ketahanan gulma terhadap herbisida sehingga sukar dibasmi menggunakan herbisida. Bahaya kerusakan lingkungan. Organisme hasil rekayasa genetika dengan berbagai sifat yang diinginkan oleh manusia dapat menggantikan posisi tanaman dan hewan asli di berbagai daerah sehingga dikhawatirkan akan berakibat turunnya diversitas tanaman dan hewan di dunia. Keterbatasan akses dan Hak Atas Kekayaan Intelektual. Dikhawatirkan akan terjadi monopoli produksi pangan dunia oleh beberapa perusahaan besar, meningkatnya ketergantungan negara-negara berkembang kepada negara-negara industri, permasalahan biopiracy (ekploitasi asing terhadap sumberdaya alam hayati untuk dipatenkan).

Informasi yang tidak seimbang: Perlunya Pendidikan dalam Bidang Bioteknologi

Dewasa ini, resiko yang mungkin terjadi akibat perkembangan bioteknologi dipandang oleh sebagian orang secara langsung kepada potensi bahaya produk tanpa melihat teknik-teknik dan penelitian yang dikembangkan guna meminimunkan efek negatif dan meningkatkan sisi positif.

Perang opini dalam berbagai media pun lebih banyak fokus kepada resiko-resiko terhadap kesehatan manusia. Sepertinya saat ini, pihak yang menentang produk bioteknologi tengah memenangkan perang ini. Meskipun telah ada konsensus international dari para peneliti dan pemerintah bahwa tanaman yang berasal dari bioteknologi aman sebagai pangan dan pakan, serta berguna untuk kelestarian lingkungan, beberapa masyarakat masih takut terhadap produk rekayasa genetika ini karena dianggap tidak alami.

Mungkin masyarakat lupa bahwa pangan yang dimanfaatkan sekarang ini takkan dapat dinikmati tanpa campur tangan manusia baik dengan pemuliaan tanaman, pengolahan tanah, aplikasi pupuk, irigasi, penggunaan traktor dan lain-lain. Tanpa proses budidaya yang dilakukan oleh manusia selama bertahun-tahun, kita mungkin masih memiliki tanaman-tanaman terdahulu yang belum tentu sanggup menghasilkan hasil panenan yang mencukupi kebutuhan manusia kini. Dengan demikian, sebenarnya bioteknologi merupakan hal yang sederhana, sebagai teknologi budidaya dalam sejarah panjang pertanian dunia seiring semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Sangat tidak mungkin untuk mengatakan bahwasannya sesuatu di dunia ini 100% aman, namun berdasarkan data mengindikasikan bahwa produk bioteknologi adalah aman, dan keuntungan yang didapatkan jauh melebihi resiko.

Berdasarkan review Departemen Kesehatan Inggris tahun 1999, tidak ada data yang menunjukkan efek negatif produk transgenik terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Departemen Pertanian dan Kehutanan Jepang juga memberikan hasil laporan yang sama. Selama 20 tahun tanaman transgenik dikembangkan, tidak ada suatu bukti akurat mengenai sisi negatif bagi manusia dan lingkungan. Dengan demikian, kita setidaknya dapat menyimpulkan bahwa sampai sekarang kontroversi yang terjadi didasarkan akan data-data yang tidak valid.

Argumen dari pihak yang kontra terhadap transgenic berdasar atas ketakutan dan kekhawatiran semata. Kebanyakan debat mengenai bioteknologi lebih didasarkan atas mitos dan informasi yang tidak seimbang dibandingkan dengan argumen ilmiah. Sebagai contoh, untuk mengklaim negatif produk transgenik, pihak oposisi menghubung-hubungkan pangan transgenik dengan penyakit-penyakit seperti kanker payudara, impoten dan beberapa perubahan fungsi tubuh lain.

Sayangnya pemahaman seperti ini tidak jarang tersebar hingga ke tingkat birokrat dan pengambil kebijakan di negara-negara berkembang. Taktik yang digunakan dalam debat juga menyesatkan pemahaman. Mereka memberikan informasi dengan media massa secara hati-hati dengan menggunakan berbagai data yang salah untuk menekankan kepada masyarakat mengenai dampak negatif bioteknologi.

Pihak yang menentang bioteknologi seringkali menggunakan percobaan yang salah untuk semakin menekankan pemahaman negatif mengenai bioteknologi kepada masyarakat. Sebagai contoh, percobaan mengenai larva kupu-kupu yang mati setelah makan jagung transgenik dipublikasikan besar-besaran bahwa akan dapat mengancam lingkungan dan manusia. Padahal secara ilmiah, percobaan itu masih salah, dan setelah diberikan penjelasan oleh reviewer para ahli terhadap penelitian tersebut tidak dapat mengubah impressi awal yang diakibatkan oleh kritik terhadap bioteknologi.

Polemik mengenai produk transgenik diikuti oleh tidak imbangnya opini yang ada di masyarakat dapat menimbulkan masalah yang lebih komplek di kemudian hari, dan juga memberikan pengaruh terhadap aktifitas pengembangan bioteknologi secara keseluruhan.

Ketimpangan opini tersebut dapat menyebabkan berkurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat dalam bidang bioteknologi. Ketimpangan opini tersebut akan sangat menyudutkan pihak-pihak yang berkecimpung dalam bidang bioteknologi dan memaksa mereka menerima pembuktian-pembuktian yang secara ilmiah masih sulit dijelaskan.

Para peneliti benar-benar akan berada di bawah tekanan, dan pada akhirnya akan mematikan perkembangan ilmu bioteknologi itu sendiri akibat kurangnya SDM dalam bidang bioteknologi, support dari pemerintah dan juga pendanaan. Hal tersebut harus dipertimbangkan sebagai kondisi yang berbahaya, karena ke depan kita akan memerlukan banyak sekali ahli-ahli bioteknologi yang benar-benar paham terutama rekayasa genetika untuk meluruskan pemahaman yang salah di masyarakat. Para advokat dalam bidang bioteknologi seringkali harus dipaksa untuk mempertahankan bioteknologi, serta sangat terbatas sekali kesempatan untuk bertemu dengan masyarakat luas. Hal tersebut semakin penting karena sebenarnya masyarakat luas belum memiliki pemahaman yang benar mengenai bioteknologi apalagi secara detil. Hal tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan cara investasi dalam bidang penelitian, pendidikan dan pelatihan dalam bidang bioteknologi.

Masyarakat yang benar-benar paham mengenai bioteknologi ini akan sangat berguna untuk meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap produk bioteknologi serta dapat menjadi kontrol yang efektif dalam mengawasi perkembangan bioteknologi. Pendidikan tinggi dengan produknya (lulusan, konsep, teknologi, dll) selama ini telah berperan cukup signifikan terhadap pembangunan nasional. Konsep ini terintegrasi dalam ‘Tri Dharma Perguruan Tinggi’ yaitu pendidikan, penelitian dan pemberdayaan masyarakat. Pada prinsipnya, pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik (mahasiswa) untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat memecahkan berbagai permasalahan dalam masyarakat, dan mengembangkan berbagai konsep dan sistem untuk mengantisipasi permasalahan di masa mendatang termasuk permasalah dalam bidang bioteknologi.

Hal tersebut dapat dicapai dengan memasukkan kurikulum mengenai bioteknologi dalam proses belajar. Bentuknya bisa saja sebagai mata kuliah wajib, mata kuliah penunjang, studium general, kuliah singkat mengenai bioteknologi di tingkat pertama, saat masa orientasi maupun acara-acara lainnya. Pendidikan tinggi juga berperan dalam pengembangan teknologi baru termasuk bioteknologi dengan riset-risetnya. Dalam hal pemberdayaan masyarakat, pendidikan tinggi dapat melakukan dengan kegiatan community college atau sekolah lapang untuk memberikan pemahaman yang berimbang mengenai bioteknologi kepada masyarakat.

Dalam kontroversi mengenai bioteknologi yang terjadi, seringkali peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan sangat berpengaruh. Untuk itu, pemahaman yang benar di pihak pemerintah untuk menggali informasi yang benar dan menggunakannya untuk merumuskan kebijakan merupakan hal yang penting dalam menengahi debat yang terjadi. Perdebatan mengenai teknologi ini, ke depan akan semakin sering terjadi, dan peran pemerintah akan semakin penting dan menentukan untuk bertindak benar di dalam tekanan yang terjadi. Terlebih di era desentralisasi di Indonesia saat ini, kebutuhan SDM yang mengerti mengenai bioteknologi di pemerintahan sebagai pengambil kebijakan akan semakin penting.

Penutup

Dari berbagai uraian dalam tulisan ini, dapat disimpulkan bahwa bioteknologi pada dasarnya dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk mengatasi permasalahan yang menyangkut kepentingan manusia dan lingkungan. Bioteknologi yang bertanggungjawab sangat diperlukan dikarenakan potensinya sangat besar untuk menghasilkan kecukupan pangan dengan harga yang terjangkau masyarakat. Setiap teknologi pasti memiliki resiko, oleh sebab itu dalam penggunaan bioteknologi sangat perlu keterbukaan, analisis yang baik, kehati-hatian dan pengawasan terus-menerus. Adanya resiko-resiko dalam bioteknologi dalam bidang pertanian hendaknya dipertimbangkan sebagai salah satu komponen dalam manajemen, yang sebenarnya terbagi dua yaitu resiko jika mengembangkan bioteknologi, dan resiko jika tidak memanfaatkannya (oportunity cost).

Ketimpangan opini/pemahaman mengenai bioteknologi dapat menghambat bahkan mematikan perkembangan bioteknologi, dengan demikian diperlukan pendidikan yang baik dan benar mengenai bioteknologi ini. Hal tersebut memerlukan kerja keras semua pihak terkait diantaranya pemerintah, LSM, Perguruan Tinggi, swasta, industri, agen internasional, peneliti dan pihak-pihak lainya. Dari kerjasama yang baik tersebut akan berdampak pada perkembangan bioteknologi beserta produk-produknya dengan lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar