Minggu, 23 Mei 2010

Golongan Darah

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

  • Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
  • Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
  • Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
  • Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.

Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.

Kamis, 20 Mei 2010

Tujuh Hukum Mengajar

ohn Milthon Gregory merupakan penulis buku yang terkenal tentang Tujuh Hukum Mengajar. Inilah beberapa petunjuk yang perlu dipersiapkan oleh seorang guru yang baik.
  1. Persiapkan bahan pelajaran dengan mempelajarinya berulang-ulang. Jangan mengandalkan bahwa kita sudah pernah mempelajarinya karena apa yang kita ketahui dahulu pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.
  2. Carilah urutan yang logis dari tiap bagian dalam pelajaran yang dipersiapkan tersebut. Setiap pelajaran selalu berangkat dari pengertian-pengertian dasar yang sederhana baru ke tingkat pengertian yang tinggi. Pelajari urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan tersebut sampai terwujud suatu pengertian yang dapat saudara uraikan dengan kata-kata sendiri.
  3. Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip abstrak.
  4. Carilah hubungan antara apa yang diajarkan dan kehidupan sehari-hari siswa. Hubungan-hubungan inilah yang akan menentukan nilai praktis penerapan dari pelajaran itu.
  5. Gunakan sebanyak mungkin sumber referensi berupa buku-buku atau bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kepada siswa.
  6. Harap diingat bahwa lebih baik mengerti sedikit, tetapi benar-benar mantap daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.
  7. Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum berdiri di depan kelas. Dengan persiapan matang, kita akan semakin menguasai pengetahuan dan gambaran apa yang diajarkan akan semakin jelas.

Sumber: John Milthon Gregory. Tujuh Hukum Mengajar

Inspirasi: Pnedidikan Untuk Anak-anak

Jika anak-anak hidup dengan kritikan, mereka belajar untuk mengutuk.
Jika anak-anak hidup dengan permusuhan, mereka belajar untuk melawan.
Jika anak-anak hidup dengan rasa takut, mereka belajar untuk menjadi memprihatinkan.
Jika anak-anak hidup dengan belas kasihan, mereka belajar untuk merasa menyesal sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan olokan, mereka belajar untuk merasa malu.
Jika anak-anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri hati.
Jika anak-anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah.
Jika anak-anak hidup dengan semangat, mereka belajar percaya diri.
Jika anak-anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran.
Jika anak-anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi.
Jika anak-anak hidup dengan penerimaan, mereka belajar untuk cinta.
Jika anak-anak hidup dengan persetujuan, mereka belajar seperti itu sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan pengakuan, mereka belajar bagus untuk memiliki tujuan.
Jika anak-anak hidup dengan berbagi, mereka belajar kedermawanan.
Jika anak-anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar sebenarnya.
Jika anak-anak hidup dengan keadilan, mereka belajar keadilan.
Jika anak-anak hidup dengan baik-baik, mereka belajar menghargai.
Jika anak-anak hidup dengan keamanan, mereka belajar untuk memiliki iman dalam diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka.
Jika anak-anak hidup dengan keramahan, mereka belajar di dunia adalah tempat yang bagus untuk hidup.

oleh Dorothy Law Nolte (1924 – 2005)

Landasan Kurikulum

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi..Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.

1.Landasan Filosofis

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.

a.Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

b.Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

c.Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?

d.Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.

e.Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.

Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.

2.Landasan Psikologis

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan “karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi“.

Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :
a.motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
b.bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
c.konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;
d.pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan
e.keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2002) menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.

3.Landasan Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.

Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

4.Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.

Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian..

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

Sumber Bacaan

Daeng Sudirwo. 2002 Otonomi Perguruan Tinggi Hubungannya dengan Otonomi Daerah. Manajerial. Vol .01. No1:72-79
Deddiknas. 2003. Standar Kompetensi Bahan Kajian; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
________. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang
________. 2003. Penilaian Kelas; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
_________. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
_________. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Permendiknas No. 22, 23 dan 24 Tahun 2007
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran.2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek

Kamis, 13 Mei 2010

Praktikum dan sang katak yang malang

Praktikum,,, sebenernya saya gag terlalu suka proses pembelajaran yang satu ini,,, terutama karena selama hidup saya ikut praktikum gag pernah jauh sama hal-hal yang gag ngenakin. salah satunya ya ini, praktikum dengan hewan percobaan kodok, kalo mau nanya kenapa gag pakek manusia jawabannya simpel banget ” karena gag mungkin ada manusia yang mau dirusak otaknya, untuk percobaan dan membuktikan mekanisme gerak refleks yang menggunakan tulang belakang alias medula spenalis” njisss……. sungguh gag menyangka bakalan praktek pakek sang kodok,,, emang sih kodok gag enak diliat, kulitnya bentol-bentol gag jelas *mungkin semalaman digigitin nyamuk kali ya*, pokoknya si kodok ini gag banget, tapi tetap aja mahluk hidup.

mana proses disfungsi otaknya juga ngeri lagi, jadi so katak ditusuk otaknya pakek alat semacam paku beton *namanya apa, gag pengen ngingat alat pembunuh kayak gitu*, udah otaknya rusak si kodok malang niih digantung dengan posisi mulutnya di jepit di alat apa kali namanya, pokoknya gag beres banget nih praktikum gag suka……… >,<>

3 mei 2010

Gerak Refleks

I.Pendahuluan
Landasan Teori:
Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-sel khusus dan dibedakan menjadi dua,Sel neuron dan sel Neoroglia.
Sel neuron adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya.
Sel nouron terdiri atas tiga bagian 1) Badan sel yang mengandung nukleus dan nukleolus serta berwarna kelabu, 2) Dendrit merupakan lanjutan plasma yang berfungsi menyampaikan impuls saraf (informasi) menuju ke badan sel dan 2) akson, berfungsi meneruskan informasi dari badan sel ke sel lain.
Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 Bagian:
1. Neuron sensorik (nouron aferen) yauitu sel saraf yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron memiliki dendrit yang berhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan neurit yang berhubungan dengan sel saraf lainnya.
2. Neuron Motorik (nouronaferen), yaitu sel saraf yang berfungsi untuk menyampaikan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke saraf efektor. Dendrit menerima impuls dari akson neoron lain sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor.
3. Neuron konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara neuron yang satu dengan yang lainnya.
4. Neuron ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron sensorik dan neuron motorik yang terdapat di dalam sumsum tulang belakang atau di otak.

Gerak refleks ialah gerakan pintas ke sumsum tulang belakang. Ciri refleks adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak disadari. Sedangkan lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks.
Neuron konektor merupakan penghubaung antara neuron sensorik dan neuron motorik. Jika neuron konektor berada di otak,maka refleksnya disebut refleks otak. Jika terletak di susmsum tulang belakang, maka refleksnya disebut refleks tulang belakang.
Gerakan pupil mata yang menyempit dan melebar karena terkena rangsangan cahaya merupakan contoh refleks otak. Sedangkan gerak lutut yang tidak disengaja merupakan gerak sumsum tulang belakang.(Idel,antoni.2000:210-215)
Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel schwann yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan selpenyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantaraneuron dari sistem safaf pusat. Oleh karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan traktus yang terdapat diotak dan susmsum tulang belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia.
Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu sifat-sifatakson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk itu didalam percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat seperti cumi-cumi dan lain-lain.
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan , diperlukan satu mikroelektroda yang dapat ditusukkan kedalam akson tanpa menimbulkan kerusakan pada kason tersebut. (Kartolo,wulangi.S.1993:208-212)
Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf,plektus, dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari sejumlah sel saraf baik sejenis maupun tidak sejenis. Contoh serabut yang sejenis adalah serabut eferen, serabut campuran contohnya adalah campuran antara sejumlah akson dari sel saraf motorik dan sensorik.
Apabila rangsangan dengan kekuatan tertentu diberikan kepada membran sel saraf, membran akan mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan dengan adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan terjadinya permiabel tehadap Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap K+.
Depolarisasi yang timbul hanya paba bagian yang dirangsang dinamakan depolarisasi lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsangan yang diberi cukup kuat, arus lokal yang timbul pada membran yang terdepolarisasi akan merangsang membran disebelahnya yang masih dalam keadaan istirahat, sehingga sebagian membran tersebut akan ikut terdepolarisasi. Peristiwa ini menunjukkan penjalaran impuls.Depolarisasi adalah nilai potensial aksi yang terjadi akibat adanya rangsangan.(Isnaeni,wiwid.2006:61-71)
Bagian otak depan terakhir adalah telensefalon, telah mengalami perubahan sangat besar selama evolusi vertebrata. Pada ikan dan amphibi, telensefalon lebih dari sekedar suatu penciuman, tapi dapat juga menerima input dari bulbus olfaktori.
Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari. Terdapat dua macam refleks:
1. Refleks sederhana atau refleks dasar, yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya refleks menutup mata bila ada benda yang menuju ke mata.
2.Refleks yang dipelajari, atau refleks kondisiskan yang dihasilakan dengan belajar.
Rangkaian jalus saraf yang terlibat dalam aktifitas refleks disebut lengkung refleks, yang terdiri atas lima komponen dasar: (1) reseptor (2)saraf eferen (3) pusat pengintegrasi (4) saraf eferen (5) efektor.
Reseptor merupakan impuls yang merupakan perubahan fisik atau kimia di lingkungan reseptor. Dalam merespon stimulus, reseptor menghasilkan potensial aksi yang akan diteruskan oleh saraf eferen ke pusat pengintegrasi refleks dasar, sedangkan otak lebih tinggi memproses semua informasi dan meneruskannya melalui saraf eferen ke efektor (otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang diinginkan. (Soewolo.1997:241-262)
Apabila katak diberikan rangsangan berupa cubitan, maka secara refleks katak akan bergerak )Bila cubitan frekuensi kecil0 dan akan kejang (bila cubitan dalam frekuensi keras)

II.Pelaksanaan Praktikum
Alat dan Bahan :
Alat :
1. Papan bedah
2. Kertas
3. Tali/karet
4. Ember
Bahan :
1. Katak
2. Asam cuka

Cara Kerja :
1. Katak normal
Amati reaksi-reaksi beikut pada katak normal
a. Keseimbangan (Balkikkan pada punggungnya)
b. Reaksi terhadap pengangkatan tiba-tiba (Letakkan katak pada papan bedah dang angkat dengan cepat)
c. Putar papan dengan katak diatasnya, amati hasil dan reaksinya
d. Kondisi kelopak mata
e. Kemampuan berenang
f. Cara gerak refleks

2. Hambatan refleks terhadap kiatak normal
a. Ikat dengan tali erat-erat pada masing-masing anggota gerak depan (Ulangi prosedur A)
b. Adakah fungsi yang hilang

3. Katak spinal
a. Rusak cerebrum (Otak kecil) dan medula oblongata dengan cara menusukkan kawat atau jarum pada otak kira-kira sedalam 1-1,25 cm
b. Putarkan kawat atau jarum tersebut untuk merusak susuna saraf pusat
c. Berikan waktu kembali untuk shock
d. Amati reaksi seperti pada percobaan A (Manakah reaksi tersebut yang diatur oleh syaraf)

4. Refleks sederhana
a. Gantungkan katak yang dipakai pada percobaan C melalui rahang bawahnya.
b. Berikan cubitan sedang pada salah satu kakinya dan catat reaksinya
c. Jika sudah tenang, ulangi untuk intensitas yang lebih kuat.
d. Jika reaksinya terjadi pada sebelah badan yang sama disebut homolateral.
Jika bagian yang berlawanan disebut heterolateral.

5. Refleks pertahanan
a. Pergunakan katak pada percobaan B gantung kertas kecil-kecil dengan ukuran 1-2 cm
b. Buang tetesan yang berlebihan, letakkan kertas tesebut pada bagian sentral pada katak.
c. Catat hasilnya
d. Lepaskan kertas tesebut dan celupkan katak kedalam air bersih untuk menghilangkan asamnya
e. Ulangi setelah 5 menit dengan meletakkan kertas pada paha bagian dalam catat hasilnya.


III.Hasil dan pembahasan
A.Hasil
1. Refleks sederhana
a. Katak kembali ke posisi awal
b. Melompat mengikuti arah ayunan papan
c. Melawan arah putaran dengan mata berkedip-kedip
d. Berkedip
e. Berenang dengan baik, kaki belakang mendorong sedang kaki depan mengayuh.
f. Disentuh akan melompat

2. Hambatan refleks pada katak normal
a. Katak kembali ke posisi awal namun agak lama
b. Akan miring bila diangkat tiba-tiba
c. Melompat melawan arah puataran
d. Mata terbuka
e. Berenang agak lambat
f. Disentuh akan melompat

3. Katak Spinal
a. Bisa kembali ke posisi awal namun lemah dan lambat
b. Bila di angkat tiba-tiba akan diam
c. Bila diputar akan diam
d. Mata terbuka dengan bernapas cepat
e. tidak bisa berenang, hanya 1 x kayuh
f. Duberi semtuhan akan diam.

4. Hambatan refleks terhadap kiatak normal
b. Diberi sedikit cubitan maka kaki yang berlawanan bengan rangsangan akan meronta atau bergerak-gerak
c. Diberi cubitan yang lebih kuat maka akan kejang disebelah yang berlawanan.
Hewan disebut heterolateral karna respon dan arah rangsangan diberikan akan berlawanan.

5. Refleks pertahanan
c. Bila diberikan kertas cuka pada bagian sentar badan maka katak akan menggeliat, dan seperti sesak napas, dengan mulut terbuka.
e. Bila diletakkan pada paha bagian dalam maka katak akan diam.

B. Pembahasan
Pada katak normal yang telah di berikan beberapa perlakuan. Katak dapat merespon dengan baik. Hal ini dikarenakan katak memiliki sistem saraf yang mana saraf-saraf tersebut dapat menghantarkan stimulus keotak hingga menimbulkan respon. Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat dirangsang (excitable) dan dapat diganggu (Irritable). Neuron ini segera bereaksi tehadap stimulus , dan dimodifikasi potensial listrk dapat terbatas pada tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima informasi keneuron lain, baik otot maupun kelenjar. (Junqueira,carlos.1995:157)
Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 Bagian:
 Neuron sensorik (nouron aferen) yauitu sel saraf yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron memiliki dendrit yang berhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan neurit yang berhubungan dengan sel saraf lainnya.
 Neuron Motorik (nouronaferen), yaitu sel saraf yang berfungsi untuk menyampaikan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke saraf efektor. Dendrit menerima impuls dari akson neoron lain sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor.
 Neuron konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara neuron yang satu dengan yang lainnya.
 Neuron ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron sensorik dan neuron motorik yang terdapat di dalam sumsum tulang belakang atau di otak. .(Idel,antoni.2000:211)
Pada katak normal yang diberikan hambatan maka pergerakan pada katak akan terhambat, hal ini dikarenakan oleh alat gerak katak yang telah dihambat dengan mengikatnya dengan tali pada saat praktikum.
Pada katak yang diperlakuan dengan merusak sistem saraf otaknya, maka respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum.
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan , diperlukan satu mikroelektroda yang dapat ditusukkan kedalam akson tanpa menimbulkan kerusakan pada akson tersebut. (Kartolo,wulangi.S.1993:208-212)
Kerusakan akson inilah yang dialami katak pada saat penusukan bagian saraf otaknya.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terlihat bahwa pada katak normal, rangsang yang diberikan menghasilkan respon yang normal pula. Namun terjadi pengurangan frekuensi respon pada katak yang telah didekapitasi. Akan tetapi katak yang didekapitasi masih dapat memberikan respon. Hal ini disebabkan karena jantung katak bersifat neurogenik sehingga katak masih mampu memberikan respon.
Sedangkan pada perlakuan 5, saat katak diberikan rangsangan berupa asam cuka yang diletakkan pada bagian sentral tubuh. Katak akan meresponnya dengan bergerak-gerak, dan seperti sangat sulit bernapas dengan mulut yang tebuka seolah ingin mengambil oksigen.Hal ini disebabkan oleh karna katak bernapas dengan bantuan kulitnya, sehingga asam cuka yang dilekatkan pada kulit katak menghambat pemerolehan oksigen untuk pernapasan.
Menurut Idel, antoni (2000) Katak dewasa bernapas dengan menggunakan tiga organ pernapasan, yaitu permukaan kulit tubuhnya, permukaan rongga mulut dan paru-paru. Itulah sebabnya mengapa pada saat asam cuka diletakkan pada bagian paha dalam, katak tidak memeberikan respon, karna pada kulit di bagian dalam paha tibak termasuk organ pernapasannya.
Apabila katak diberikan rangsangan berupa cubitan maka katak akan melakukan gerak refles yang berlawanan dengan arah rangsangan (HETEROLATERAL). Gerak refleks ialah gerakan pintas ke sumsum tulang belakang. Ciri refleks adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak disadari. Sedangkan lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks.
Neuron konektor merupakan penghubaung antara neuron sensorik dan neuron motorik. Jika neuron konektor berada di otak,maka refleksnya disebut refleks otak. Jika terletak di susmsum tulang belakang, maka refleksnya disebut refleks tulang belakang.
Pada saat diberikan cubitan frekuensi kecil, kaki katak akan bergerak-gerak seperti meronta. Namun apabila cubitan dengan frekuensi kuat maka kaki katak akan mengejang.Apabila rangsangan dengan kekuatan tertentu diberikan kepada membran sel saraf, membran akan mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan dengan adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan terjadinya permiabel tehadap Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap K+.
Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel schwann yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan selpenyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantaraneuron dari sistem safaf pusat. Oleh karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan traktus yang terdapat diotak dan susmsum tulang belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia.
Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu sifat-sifatakson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk itu didalam percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrata.

IV.Penutup
Kesimpulan :

1. Katak normal menunjukkan reaksi yang normal tehadap semua perlakuan atau rangsangan.
2. Terjadi pengurangan frekuensi respon pada katak yang telah didekapitasi. Akan tetapi katak yang didekapitasi masih dapat memberikan respon. Hal ini disebabkan karena jantung katak bersifat neurogenik sehingga katak masih mampu memberikan respon.
3. Apabila katak diberikan rangsangan berupa cubitan maka katak akan melakukan gerak refles yang berlawanan dengan arah rangsangan (HETEROLATERAL).
4. Saat katak diberikan rangsangan berupa asam cuka yang diletakkan pada bagian sentral tubuh. Katak akan meresponnya dengan bergerak-gerak, dan seperti sangat sulit bernapas. Hal ini disebabkan oleh karna katak bernapas dengan bantuan kulitnya, sehingga asam cuka yang dilekatkan pada kulit katak menghambat pemerolehan oksigen untuk pernapasan.

Jawaban Pertanyaan:

1. Kedudukan Refleks:

a. Keseimbangan terletak pada
b. Mengangkan terletak pada
c. Memutar papan terletak pada
d. Sikap badan terletak pada
e. Gerak spontan terletak pada
f. Berenang terletak pada

2. Dapat, katak yang didekapitasi masih dapat memberikan respon. Hal ini disebabkan karena jantung katak bersifat neurogenik sehingga katak masih mampu memberikan respon. Jadi dapat dikatakan bahwa selain dari pada otak, jantung katak juga dapat merespon rangsangan.

DAFTAR PUSTAKA

Idel,Antoni.2000.Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari.Gitamedia Press:Jakarta
Isnaeni,wiwi.2006.Fisiologi Hewan.Kanisius:Yogyakarta
Maknun, Djohar. 2010. Panduan Praktikum Fisiologi Hewan . Pus Lab Biologi IAIN SNJ
Junqueira,carlos.L.Histologi Dasar. ECG:Jakarta

Soewolo,dkk.1994.Fisiologi Hewan. UT : Jakarta

Sistem Pengaturan Panas

Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Poikiloterm
2. Homeoterm
Keterangan:
Hewan Poikiloterm
Yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan.
Hewan Homeoterm
Yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan/tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat berubah.

RINGKASAN
Upaya Perbaikan Iklim Mikro Kandang dan Respons Termoregulasi Kambing Jantan Peranakan Ettawa Melalui Penggunaan Berbagai Bahan Atap Masalah utama dari ternak yang dipelihara di daerah tropis basah, seperti di Indonesia, adalah tingginya radiasi matahari secara langsung sepanjang tahun, khususnya bagi ternak berproduksi tinggi, sehingga ternak dalam kondisi uncomfort karena beban panas yang berlebih. Respons dari masalah ini adalah ternak terpaksa meningkatkan aktivitas termoregulasi guna mengatasi beban panas yang dideritanya. Mekanisme fisiologis mengharuskan alokasi energi untuk kinerja produksi maupun reproduksi dipakai untuk mempertahankan keseimbangan panas tubuh. Dengan demikian, akan berdampak buruk yaitu penurunan produktivitas ternak. Salah satu care untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengendalikan panas yang diterima dan peningkatan panas yang terbuang oleh ternak, yaitu pemberian naungan atau atap dan pemilihan bahan atap yang lebih efektif dalam menciptakan kondisi iklim mikro kandang yang kondusif bagi ternak untuk berproduksi.Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis bahan atap kandang terhadap kondisi iklim mikro kandang dan respons termoregulasi (frekuensi nafas,frekuensi denyut jantung, dan suhu rektal) kambing jantan peranakan ettawa (PE) di lingkungan panas alami. Sebanyak sembilan ekor kambing jantan PE gunakan dalam penelitian. Penelitian menggunakan ncangan acak lengkap (RAL) dengan tiga pelakuan jenis atap kandang, yaitu atap rumbia (PI), seng (P2), dan Genteng (P3), serta tiga ulangan pads masing-masing perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam yang dilanjutkan uji berganda Duncan’s pada taraf 5%. Selain itu uji beda dua rata-rata juga digunakan untuk mengetahui perbedaan respons peubah pada siang dan malam.
Hasil penilitian menunjukkan:(a) jenis atap tidak mempengaruhi suhu udara, kelembaban udara, dan radiasi matahari dalam kandang;(b) kandang beratap rumbia menyebabkan respons suhu rektal lebih

rendah (P<0,05) dibandingkan dengan kambing yang ada di dalam kandang beratap genteng dan seng pada pengamatan siang, malam, dan rataan harian. Kandang beratap genteng menyebabkan suhu rektal ternak kambing lebih rendah (P<0,05) dibandingkan ternak beratap seng pada pengamatan siang dan rataan harian, namun pada pengamatan malam hari tidak berbeda;
(c) kandang beratap rumbia menyebabkan respons frekuensi pernafasan lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan ternak beratap seng baik pada pengamatan siang maupun rataan harian, sedangkan dibandingkan dengan ternak beratap genteng tidak berbeda. Pengamatan malam hari ketiga jenis atap menghasilkan frekuensi pernafasan yang tidak berbeda (P>0,05);(d) ketiga jenis atap kandang tidak menyebabkan perbedaan respons frekuensi denyut jantung (P>0,05) balk pada pengamatan slang hail, malam hail, maupun rataan harian;(e) ketiga jenis atap kandang tidak menyebabkan perbedaan respons pertambahan bobot badan harian (P>0,05) pada ternak kambing percobaan .


Termoregulasi adalah
Kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan panas tubuhnya
Hewan dibagi menjadi dua:
1. Hewan Poikiloterm
Yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan.
2. Hewan Homeoterm
Yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan/tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat berubah.


SUHU TUBUH
Suhu optimal sesuai keadaan tubuh
Suhu tubuh :
1. Suhu inti konstan
2. Suhu permukaan berubah-ubah

Kehilangan Panas
• Suhu kulit lebih tinggi dari suhu lingkungan panas dibuang dengan cara Radiasi dan Konduksi
• Suhu kulit lebih rendah dari suhu lingkungan panas masuk tubuh dengan cara Radiasi dan konveksi
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia

Mekanisme perubahan panas tubuh
1. Terjadi dengan 4 proses
2. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda.
3. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh.
4. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.
5. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya
• Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi


Termoregulasi : LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Gray literature from JBPTITBPP / 2007-04-27 10:16:04
Oleh : BIOFAGRI A.R (10604111), Central Library Institute Technology Bandung
Dibuat : 2007-04-27, dengan 1 file

Keyword : Thermoregulation
Sumber pengambilan dokumen : LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2006

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir (Campbell, 2004). Berdasarkan Tobin (2005), suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula (Chang, 1996). Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya


Termoregulasi pada Hewan
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas
Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi . Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.
Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.
Termoregulasi pada Manusia
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya
Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah .
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi
Sumber :
• Termoregulasi, www.wordpress.com
• Pengaturan Suhu Tubuh,http://bima.ipb.ac.id
• Biologi,www.baltimore.ohlog.com
• Keseimbangan panas pada ternak,www.blogspot.com